Kamis, 25 Februari 2016

Dunia Kita yang Absurd (LDR2) PART 3

Malam ini, malam terakhir bersama El. Aku tahu masih ada hari dimana akan bisa bersamanya lagi. Tapi, aku gak sanggup harus jauh darinya lagi. Tiket kereta api sudah dipesan jauh-jauh hari. Esok hari pemberangkatan yang tertera pada tiket kereta api jurusan jember-surabaya. Tepat jam 4 dini hari. Malam ini, ingin rasanya aku habiskan untuk terus bersamanya. Aku tak ingin memejamkan mata untuk tidur. Ingin terus bersamanya. Mengobrol atau sekedar berbicara hal yang ingin aku bicarakan tentang perasaanku. Walaupun aku tahu. Meski aku tak memberitahunya. Dia akan mengerti.
Distasiun 4:00 dini hari
Dengan berat hati ku antar El ke stasiun. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk hari terakhir kita berdua. Dadaku penuh sesak. Penuh dengan ketidak ikhlasanku melepasmu, El. Sungguh berat aku melepas genggaman tangamu.
aku pulang ya,,ucap el seraya menatapku
eheeem.... jawabku yang berupa susah payah menyembunyikan setetes air mata yang hampir jatuh di pipiku
jaga diri baik-baik ya. Suatu hari aku akan kesini lagiyang kemudian mencium pipiku
ya,,hati-hati
aku pergi ya,sayang kembali memelukku dan mencium keningku
Untuk terakhir kalinya ku peluk El erat-erat. Benar-benar tak ingin melepasnya.
cepet sembuh ya sayang. Jangan lupa minum obatseraya melambaikan tangannya kearahku
          El pun berlalu di pintu stasiun saat dia memberikan tiketnya kepada petugas stasiun. Aku hanya bisa melihat punggungnya. Ingin ku peluk El dari belakang. Menarik tangannya dan berkata El, jangan pergi.tapi aku benar-benar tak mampu untuk melakukan itu. Banyak pekerjaan dan kesibukan yang harus El kerjakan di jakarta. Aku pun tahu. Disana, dijakarta. Tempat tinggal El dan keluarga yang di sayangnya. Aku yakin El juga rindu pada keluarganya. Setelah beberapa hari meninggalkannya. Dan menghabiskan waktu 10 hari bersamaku. Setelah El  menghilang di balik pintu stasiun. Ku balikkan badan. Dengan tergontai lemah aku langkahkan kakiku. Sakit yang aku rasakan ini semakin berat. Beberapa h ari ini aku sedikit tak enak badan. Badanku mengalami demam. Perutku perih dan sedikit sulit buang air besar. Ku rasa tipus ku kambuh lagi. Belakangan ini aku kurang istirahat. Banyak hal yang indah. Yang tak ingin aku lewatkan begitu saja. Melewatkannya bersama El. Benar saja. Aku tak bisa menahan sakit ini. Setiap malam demamku mencapai 38 derajat celcius. Mencoba bertahan dan tidak meberitahu papa dan mama. Tetapi semakin hari badanku semakin panas. Aku pun memutuskan untuk menghubungi papa. Tepat jam 10 malam papa dan mama menjemputku untuk pulang. Mau tak mau aku harus istirahat dan absen kuliah untuk beberapa hari.
      Dirumah ku habiskan waktu untuk istirahat. Sengaja ku tak menghubung El. Sekedar tuk mengabarinya tak kulakukan itu. Karena, El tak mengetahui kondisi ku yang sebenarnya. Aku tak ingin membuatnya khawatir.
aku sudah sampai di Jakarta. Sayang gimana keadaannya?udah baikan kan?ku baca pesan singkat yang dikirim El. Dan segera aku memmbalasnya. alhamdulillah sayang sampai dengan selamat dijakarta. Lumayan aku udah agak mendingan sayang. Aku dirumahku tekan tombol sent dan mengirimnya pada El. Tak harus menunggu lama. Hp ku kembali berdering. Pertanda ada pesan masuk. syukur deh sayang kalau udah mendingan. Tapi sayang kok tiba-tiba dirumah. Kapan pulang? aku pun menjelaskan panjang lebar dan bercerita banyak tentang keadaanku. Karena El tak mengetahuinya setelah dia pulang ke jakarta.
      Perbedaan itu indah. Keindahannya diibaratkan seperti pelangi. Pelangi itu mempunyai beberapa warna yang berbeda. Perbedaan warna itu lah yang membuatnya indah saat di pandang. Pelangi itu tak akan indah jika hanya ada satu warna didalamnya. Merah, kuning, hijau dan warna yang lain saling melengkapi dan saling berdampingan untuk menjadi yang terindah. Apa yang aku jalani saat ini bersamamu, El. Aku ingin membuat perbedaan ini seperti pelangi. Meskipun kita sadar. Sadar bahwa kita berbeda. Aku ingin tetap selalu bersamamu. Berharap dengan perbedaan ini. Aku tetap merasakan hal terindah. Aku percaya suatu saat nanti kita akan mempunyai keindahan yang sesungguhnya. Perbedaan ini tak harus menjadi rintangan. Halangan untuk kita tetap bersama sepert ini. Aku telah jauh melangkah bersamamu, El.
      Walapun aku tak begitu sepenuhnya pulih. Ku putuskan untuk kembali ke jember. Banyak tugas kuliah yang terbengkalai karena seminggu aku tak mengikuti kuliah. Saat aku istirahat dikamar tiba-tiba. Temenku naira memberiku sebuah buket mawar putih. Di buket itu terdapat 4 mawar putih. 4 itu angka favoriteku.
itu dari El ucap naira
oh ya kah? Makasih ucapku kepada naira.

      Aku hanya bisa tersenyum saat melihat buket mawar itu. Tak pernah aku pungkiri. El sangat romantis dan perhatian padaku. Cara memperlakukanku itu yang membuatku tetap merasa nyaman bersamanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar