Malam ini,
malam terakhir bersama El. Aku tahu masih ada hari dimana akan bisa bersamanya
lagi. Tapi, aku gak sanggup harus jauh darinya lagi. Tiket kereta api sudah
dipesan jauh-jauh hari. Esok hari pemberangkatan yang tertera pada tiket kereta
api jurusan jember-surabaya. Tepat jam 4 dini hari. Malam ini, ingin rasanya
aku habiskan untuk terus bersamanya. Aku tak ingin memejamkan mata untuk tidur.
Ingin terus bersamanya. Mengobrol atau sekedar berbicara hal yang ingin aku
bicarakan tentang perasaanku. Walaupun aku tahu. Meski aku tak memberitahunya.
Dia akan mengerti.
Distasiun
4:00 dini hari
Dengan
berat hati ku antar El ke stasiun. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk hari
terakhir kita berdua. Dadaku penuh sesak. Penuh dengan ketidak ikhlasanku
melepasmu, El. Sungguh berat aku melepas genggaman tangamu.
“aku pulang ya,,”ucap el
seraya menatapku
“eheeem....” jawabku yang berupa susah payah
menyembunyikan setetes air mata yang hampir jatuh di pipiku
“jaga diri baik-baik ya. Suatu hari aku akan kesini lagi”yang kemudian mencium pipiku
“ya,,hati-hati”
“aku pergi ya,sayang” kembali
memelukku dan mencium keningku
Untuk
terakhir kalinya ku peluk El erat-erat. Benar-benar tak ingin melepasnya.
“cepet sembuh ya sayang. Jangan lupa minum obat”seraya melambaikan tangannya kearahku
El
pun berlalu di pintu stasiun saat dia memberikan tiketnya kepada petugas
stasiun. Aku hanya bisa melihat punggungnya. Ingin ku peluk El dari belakang.
Menarik tangannya dan berkata “El, jangan pergi”.tapi aku benar-benar tak mampu untuk melakukan itu. Banyak
pekerjaan dan kesibukan yang harus El kerjakan di jakarta. Aku pun tahu.
Disana, dijakarta. Tempat tinggal El dan keluarga yang di sayangnya. Aku yakin
El juga rindu pada keluarganya. Setelah beberapa hari meninggalkannya. Dan
menghabiskan waktu 10 hari bersamaku. Setelah El menghilang di balik pintu stasiun. Ku
balikkan badan. Dengan tergontai lemah aku langkahkan kakiku. Sakit yang aku
rasakan ini semakin berat. Beberapa h ari ini aku
sedikit tak enak badan. Badanku mengalami demam. Perutku perih dan sedikit
sulit buang air besar. Ku rasa tipus ku kambuh lagi. Belakangan ini aku kurang
istirahat. Banyak hal yang indah. Yang tak ingin aku lewatkan begitu saja.
Melewatkannya bersama El. Benar saja. Aku tak bisa menahan sakit ini. Setiap
malam demamku mencapai 38 derajat celcius. Mencoba bertahan dan tidak
meberitahu papa dan mama. Tetapi semakin hari badanku semakin panas. Aku pun
memutuskan untuk menghubungi papa. Tepat jam 10 malam papa dan mama menjemputku
untuk pulang. Mau tak mau aku harus istirahat dan absen kuliah untuk beberapa
hari.
Dirumah
ku habiskan waktu untuk istirahat. Sengaja ku tak menghubung El. Sekedar tuk
mengabarinya tak kulakukan itu. Karena, El tak mengetahui kondisi ku yang
sebenarnya. Aku tak ingin membuatnya khawatir.
“aku sudah
sampai di Jakarta. Sayang gimana keadaannya?udah baikan kan?”ku baca pesan singkat yang dikirim El. Dan segera aku
memmbalasnya. “alhamdulillah sayang sampai dengan
selamat dijakarta. Lumayan aku udah agak mendingan sayang. Aku dirumah”ku tekan tombol sent dan mengirimnya pada El. Tak harus menunggu
lama. Hp ku kembali berdering. Pertanda ada pesan masuk. “syukur deh sayang kalau udah mendingan. Tapi sayang kok
tiba-tiba dirumah. Kapan pulang?” aku pun
menjelaskan panjang lebar dan bercerita banyak tentang keadaanku. Karena El tak
mengetahuinya setelah dia pulang ke jakarta.
Perbedaan
itu indah. Keindahannya diibaratkan seperti pelangi. Pelangi itu mempunyai
beberapa warna yang berbeda. Perbedaan warna itu lah yang membuatnya indah saat
di pandang. Pelangi itu tak akan indah jika hanya ada satu warna didalamnya.
Merah, kuning, hijau dan warna yang lain saling melengkapi dan saling
berdampingan untuk menjadi yang terindah. Apa yang aku jalani saat ini
bersamamu, El. Aku ingin membuat perbedaan ini seperti pelangi. Meskipun kita
sadar. Sadar bahwa kita berbeda. Aku ingin tetap selalu bersamamu. Berharap
dengan perbedaan ini. Aku tetap merasakan hal terindah. Aku percaya suatu saat
nanti kita akan mempunyai keindahan yang sesungguhnya. Perbedaan ini tak harus
menjadi rintangan. Halangan untuk kita tetap bersama sepert ini. Aku telah jauh
melangkah bersamamu, El.
Walapun
aku tak begitu sepenuhnya pulih. Ku putuskan untuk kembali ke jember. Banyak
tugas kuliah yang terbengkalai karena seminggu aku tak mengikuti kuliah. Saat
aku istirahat dikamar tiba-tiba. Temenku naira memberiku sebuah buket mawar
putih. Di buket itu terdapat 4 mawar putih. 4 itu angka favoriteku.
“itu dari El” ucap naira
“oh ya kah?
Makasih” ucapku kepada naira.
Aku
hanya bisa tersenyum saat melihat buket mawar itu. Tak pernah aku pungkiri. El
sangat romantis dan perhatian padaku. Cara memperlakukanku itu yang membuatku
tetap merasa nyaman bersamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar